oktafiani berliansari

 
 MAKNA    SEBUAH    NAMA

Oh tuhan,,,
Katakanlah pada ku
Tentang suatu masa depan
Aku ingin suatu yang cerah
Fatamorgana yang kelam
Ingin ku lepas semua
Angan yang selalu mengiringi langkahku
Namun,,, apakah mungkin
Ini akan nyata???
          Benarkah ini yang aku inginkan???
          Entah sampai kapan ku menghayal
          Ribuan mimpi ingin ku raih
          Lelahpun tak ku rasa
          Impian akan segera menjadi nyata
          Angin yang lalu biarlah berlalu
          Namun hati ini akan selalu jadi milikmu
Syair demi syair ku rangkai
Arti kisah ini adalah dirimu
Rindu dan cintaku
Ikhlas dan sebenarnya

Read Users' Comments (0)

cerpen "my hero"


MY HERO
PAHLAWAN…….
            Kata ini pasti tidak asing lagi di telinga. Seseorang yang rela berkorban demi orang lain. Dan kurasa kini aku telah menemukan seseorang yang pantas ku sebut PAHLAWAN.
            Kisah ini bermula saat aku tak bisa dan ingin bisa untuk melihat dunia ini. Ya…… aku adalah seorang gadis tunanetra yang bernama INDAH. Nama yang kurasa sangatlah tidak sesuai dengan keadaanku saat ini. Nama ku memang Indah, tapi aku bahkan tak mampu dan tak sanggup melihat keindahan. Aku memang dilahirkan dalam keadaan kornea mataku yang rusak dan tak berfungsi ini. Hanya gelap dan kelam yang dapat ku rasa. Sebenarnya aku berasal dari keluarga berada. Dan memang benar semua yang aku minta bisa dengan mudah di kabulkan oleh orang tuaku. Tapi apakah arti semua barang berharga dan kemegahan itu jika aku sama sekali tak bisa melihat kilauan berlian yang tepajang rapi di kamarku, baju-baju mewah di almariku, banda lucu yang menemani sepiku dan cahaya lampu yang terang namun sebenarnya gelap bagiku.
            Hari-hariku selalu sepi. Teman setiaku hanyalah mp3 yang seringkali ku gunakan. Sesekali aku keluar rumah dan jalan-jalan di taman untuk sekedar menghirup udara segar dan ditemani oleh pambantuku. Sebenarnya aku paling bosan kalau harus selalu diawasi seperti ini. Aku ingin bebas berjalan kemanapun yang aku mau. Tapi apa boleh buat, orang tuaku tak mengijinkan aku untuk pergi sendiri. Kemanapun aku melangkah pasti selalu ada yang mengawal. Seakan aku adalah seorang gadis yang lemah dan tak berdaya. Mungkin aku bisa memaklumi jika orang lain yang beranggapan seperti itu, tapi sayangnya orang tuaku sendirilah yang beranggapan seperti itu. Jujur, aku merasa semakin lemah jika diperlakukan seperti ini. Aku ingin mandiri. Walaupun aku seorang tunanetra sekalipun, aku tak ingin menjadi seorang yang manja dan manggantungkan hidup pada orang lain.
            Karena aku sudah merasa sangat terkekang, aku mencoba diam-diam pergi berjalan sendiri. Waktu itu pembantuku sedang pulang kampong, sedangkan orang tuaku masih tetap sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, dan tentu saja mereka tak mengetahui tentang ini. Sampai di taman, aku duduk sendiri sambil mendengar keramaian yang ada. Saat aku mulai beranjak dari kursi taman itu, tiba-tiba ada yang mendorongku dari belakang. Sontak aku kaget dan terjerembam.
            “Eh,,, maaf-maaf. Sungguh aku tak sengaja mendorongmu sampai kau terjerembam seperti ini. Aku hanya berusaha untuk menangkap bola yang dilemparkan oleh temanku yang mengarah kesini tadi. Kamu tidak apa kan? Apakah ada yang terluka?” tedengar suara seorang pria sambil membantuku bangkit dan berdiri.
            “Oh,,,,iya. Aku tidak apa kok. Aku baik-baik saja.” jawabku sambil mencoba bangkit.
            “Maaf kalau boleh tau, kamu tunanetra ya?” tanyanya.
            “Iya.” jawabku jujur.
            “Oh,,, perkenalkan, namaku Anugrah. Kalau boleh tau nama kamu siapa?” tanyanya lagi sambil menjabat tangan ku.
            “Kalau kamu tau namaku, pasti kamu langsung menertawakan aku.”
            “Loh,,,, memangnya siapa namamu? Apa namamu Spongebob, Doraemon, atau Sinchan yang dapat membuatku tertawa?”
            “Bukan. Namaku Indah. Benar-benar tak sesuai dengan keadaanku ini.”
            “Memang apa yang salah dengan nama Indah? Tak ada yang salah. Menurutku itu nama yang pantas untuk gadis secantik dan seindah kamu.”
            “Indah? Bahkan aku tak mampu melihat keindahan dunia ini.”
            “Apakah kamu pikir hanya keindahan yang ada di dunia ini? Banyak keburukan yang juga tercantumkan didalamnya. Keindahan tidak perlu kamu lihat. Jika kamu lebih cermat, kamu akan dapat melihat keindahan itu tanpa harus melihatnya. Bahkan itu bisa lebih indah.”
            “Melihat keindahan tanpa melihatnya? Apa maksudmu?” tanyaku bingung.
            “Keindahan tak perlu kau lihat, tapi rasakanlah. Itu akan lebih indah dari kelihatannya.” dia menjelaskan.
            Pertemuan tak terduga itu barjalan sangat baik. Kami berdua membicarakan tentang banyak hal. Kami sangatlah akrab. Anugrah begitu baik padaku. Dia sangatlah dewasa. Dia memberitahukan aku tentang banyak hal yang belum pernah ku ketahui. Dia adalah pria pertama yang menjadi temanku. Selama ini aku hanya sendiri. Tak ada yang peduli padaku. Tapi entah mengapa saat ku bertemu dengan Anugrah aku sangat bahagia, dan aku juga bisa merasakan ketulusannya. Keakraban kita terus berlanjut sejak saat itu. Kita berdua sering bertemu di taman. Terkadang dia menelpon, bahkan dia juga pernah mengantarkan aku pulang.
            Tak terasa dua bulan telah berlalu begitu cepat. Hari-hariku selama dua bulan terakhir ini bersama Anugrah ku jalani dengan suka cita. Hubungan kita berdua semakin hari semakin dekat. Hingga akhirnya kabar bahagia dating untuk ku. Kabar dari rumah sakit bahwa ada donor kornea untuk ku. Tentu aku sangatlah bahagia mendengar hal ini dan langsung memberitahukan kabar bahagia ini kepada Anugrah. Untuk merayakan kebahagiaan ku ini, Anugrah mengajakku ke sebuah danau kecil. Danau kecil itu tak begitu jauh dengan letak taman kota. Kami ngobrol disana, bahkan Anugrah juga mengajakku naik perahu kecil.
            “Indah, bagaimana perasaanmu sajak menerima kabar bahagia itu? Apakah kamu telah siap melihat hirup pikukbdunia ini?” tanya Anugrah saat kita naik diperahu kecil itu.
            “Entahlah. Jujur, sebenarnya aku merasa takut. Aku takut operasiku ini akan gagal. Aku takut impianku selama ini tak akan terwujud.” kataku ragu.
            “Indah, kau harus percaya dan yakinlah kalau kau akan segera bisa melihat. Ingat Indah, begitu banyak orang yang membutuhkanmu saat ini. Kau anak tunggal, suatu saat nanti orang tuamu pasti akan sangat membutuhkan mu untuk merawat dan menggantikannya kelak. Kuatkan dirimu, aku sangat yakin kalau operasi ini akan berhasil dan berjalan lancar seperti yang kau harapkan.” Anugrah mencoba meyakinkanku.
            “Iya. Aku harap begitu. Karena aku sudah tak sabar ingin melihat wajahmu yang panuan itu. Hehehe,,,, bercanda deh….!” Candaku.
            “Enak aja bilang aku panuan. Nanti kalau kamu sudah melihat aku, pasti kamu langsung kaget dan terpesona dengan wajahku yang memang mirip Daniel Redcliffe ini. Hehehhe,,,, “ jawabnya membalas.
            “Iya mirip Daniel Redcliffe kalo dilihat dari dasar danau ini. Hahaha,,,, “
            “Emang kamu beneran mau lihat aku dari dasar danau ini? Mamang kamu bisa renang? Bisa-bisa malah nanti kamu dimakan hiu penunggu danau ini.”
            “Memang ada hiu yang hidup di danau? Kalaupun ada, pasti hiu itu nyasar deh. Ah…. Ada-ada saja kamu ini.”
            Tawa kamipun pecah karena candaan tersebut. Hamper satu jam kami menghabiskan waktu untuk bercanda. Hingga akhirnya kami terdiam sejenak.
            “Jika operasiku berhasil, aku ingin kamu yang jadi orang pertama yang akan ku lihat nanti, aku ingin kau berada didepanku saat ku membuka mata, aku ingin kau menemaniku disaat terpenting dalam hidupku nanti. Kau sangat berarti untukku Anugrah.” kataku memecah keheningan saat itu.
            “Tentu Indah, aku akan menemanimu. Aku akan berada disampingmu, kau tak perlu khawatir Indah.” sambil memegang tanganku, dia mencoba meyakinkan ku.
            “Tapi aku takut kau akan meninggalkan ku.” aku mulai meneteskan air mata.
            “Tidak Indah, percayalah pada ku. Ada atau tidak adanya aku, operasimu pasti akan berhasil. Percayalah!”
            Hari yang kunanti telah tiba. Operasiku akan dimulai siang ini. Anugrah menemaniku sampai ke ruang operasi. Aku takut. Ku harap operasi ini akan berhasil. Orang tuaku juga menemaniku saat itu. Hati ini terasa berdebar. Perasaanku campur aduk. Dokterpun juga telah siap. Dan aku sudah lengkap menggunakan baju untuk operasi. Dan operasipun telah dimulai. Operasiku ini telah berjalan dengan lancar selama beberapa jam. Aku mulai tersadar setelah sempat tak sadarkan diri. Saat aku tersadar, kondisi mataku masih tertutup oleh kain kasa. Butuh beberapa hari untuk membuka balutan ini pasca operasi. Yang aku heran, aku sama sekali belum melihat sosok Anugrah pasca operasiku ini.
Beberapa hari telah berlalu. Bahkan Anugrah tak mengetahui kalau sore Ini balutan yang ada di mata ku sudah bisa dilepas. Dia sama sekali tak menjenguk ku. Aku bimbang dan bertanya-tanya. Kemana dia? Mengapa dia tak pernah menjenguk ku? Apakah dia sudah melupakanku? Mengapa dia meninggalkan ku dan tak menepati janjinya pada ku yang pernah dikatakannya dulu? Aku sangat berharap dia ada disini menemaniku. Ingin rasanya ku menunggunya. Aku ingin balutan ini di buka pada saat Anugrah menjengukku nanti. Tapi orang tuaku tentu tak setuju dengan hal ini. Perlahan dokter mulai membuka pembalut di mata ku ini. Dan perlahan akupun mulai membuka mata. Sedikit demi sedikit mulai ku lihat seberkas cahaya yang menyilaukan. Cahaya itu mulai jelas. Nampak wajah kedua orang tuaku yang tersenyum cerah, ada dokter beserta susternya nampak disampingku. Operasiku berhasil. Aku bisa melihat. Seharusnya saat itu aku bahagia, tapi tidak yang ku rasa. Aku justru merasa sangat sedih tanpa kehadiran Anugrah disampingku. Harapanku ingin melihat sosok Anugrah kini telah pupus. Tak ada tanda-tanda akan kehadirannya menemaniku.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Dua bulan lebih aku tak melihat sosok yang aku impikan. Aku mulai mencari, tapi tak satu informasipun yang aku dapat. Sampai suatu hari aku menangis tak kuat menahan semua ini. Orang tuaku mulai mendekatiku dan menanyakan alasan mengapa dua bulan terakhir ini aku selalu menangis.
“Indah, apa yang sebenarnya terjadi pada mu? Mengapa semenjak operasi itu kamu selalu murung dan bersedih?” tanya orang tuaku.
“Tidak apa-apa ayah. Ayah dan bunda tak perlu mengkhawatirkan aku.” jawabku.
“Tapi anak ku, ayah dan bunda sangat mengkhawatirkan keadaan mu. Jika kamu ada masalah, bicarakan saja na. Mungkin kita dapat sedikit membantu.”
“Aku sangat sedih bunda, karena aku merasa kehilangan Anugrah sahabat terbaik ku. Terakhir aku melihat dia pada saat akan mengantarkan aku ke ruang operasi itu. Setelah itu dia sama sekali tak memberi kabar pada ku. Sampai sekarang aku tak tahu dimana keberadaan dia.” kata ku sambil menangis dan memeluk bunda ku.
Suasana hening sejenak. Ayah dan bunda saling menatap satu sama lain. Sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu dari ku dan ingin segera membicarakannya pada ku.
“Indah, ayah dan bunda ingin berkata jujur pada mu.” bunda memulai pembicaraan. Wajahnya tampak serius dan sedih. Sepertinya beliau ingin membicarakan hal yang penting.
“Apa itu bunda?” tanya ku penasaran.
“Sebenarnya ayah dan bunda sangat bersalah pada mu.” bunda berbicara dengan nada yang berat.
“Apa itu bunda? Katakan pada ku.” tanya tak sabar.
“Sebenarnya, pertemuan mu dengan Anugrah telah disengaja dan telah direncanakan sebelumnya.” sambung ayah ku.
“Apa maksud ayah telah direncanakan? Aku masih belum mengerti.” tanyaku semakin heran.
“Ya, pertemuan mu dengan Anugrah telah direncanakan sejak awal Tadinya ayah bertemu dengan dia di jalan. Dia adalah seorang pengamen. Dan pada akhirnya ayah memberikan suatu tawaran kerjasama dengannya. Yaitu menawarkan kerjasama agar dia mau mendonorkan korneanya untuk mud an ayah akan memberinya uang berapapun yang dia mau. Dan karena dia sangat membutuhkan uang itu, dia menerima tawaran itu. Dia menandatangani surat perjanjian dengan ayah. Sambil menunggu pemeriksaan kecocokan kornea dia dengan mu, ayah menyuruhnya untuk menemanimu sementara sebelum operasi itu terjadi. Sampai akhirnya, surat keterangan dokter menyatakan kecocokan kornea itu. Dan pada saat operasi itu tiba, ayah ingin dia pergi dari kehidupan mu.” Ayah menjelaskan.
Mendengar keterangan ayah itu, aku sangat terpukul. Aku menangis dan bahkan sulit untuk mempercayainya. Ternyata selama ini aku salah. Anugrah tak tulus bersahabat dengan ku. Dia melakukan semua ini agar dapat mendapatkan uang secara instan. Tapi yang tak habis piker, kenapa dia rela menjual kornea matanya hanya demi uang?
“Kenapa ayah tega melakukan semua ini pada ku? Dimana hati nurani ayah?” suaraku lirih.
“Maafkan ayahmu ini nak. Semua ini ayah lakukan demi kamu, demi masa depan mu. Suatu saat nanti, perusahaan ayah akan membutuhkan mu untuk menggantikan ayah nak.”
Tetap ku tak bisa menerima semua alasan ini. Ternyata kornea mata yang ku miliki ini adalah milik Anugrah yang dijualnya pada ayah. Rasanya ingin ku kembalikan kornea ini padanya. Andai aku bisa. Tapi bagaimanapun juga, Anugrah adalah pahlawan ku. Mungkin ada suatu alasan yang kuat dia melakukan semua ini. Kornea ini adalah anugrah yang sangat berharga bagi ku. Aku akan menjaga semua pengorbanan Anugrah slama ini, walau ku tau, dia tak tulus melakukannya pada ku.
-SEKIAN-
by: Oktafiani Berliansari

Read Users' Comments (0)

puisi sepiku


Read Users' Comments (0)

katanya

hmM ,,,
denger" nih, kata Raditya Dika si kambing jantan itu loh yang iseng-iseng nulis di blog eh ternyata dari iseng-isengnya itu membwa dyy dinobatkan menjadi blogger terbaik thn 2004 kalo kagak salah yak???
katanya sih blogger itu berfungsi sbg "buku harian" modern yak????
ya jjr adja, gw mah kagak begitu ngarti fungsinya, gw cuma ngikut arus globalisasi adja bear tambah gaul gitu. hehehe,,,,
tapi,,,temen" gw memanfaatkan fasilitas blogger cuma wad ngenyimpen data cerpen, puisi, n karya"nya gitu seh. mereka kagag pernah tuh gunaind blogger wad catatan harian kyk bang radith gitoo.
n gw piker" agee, kalo catatan harian di blogger, kemungkinan besar rahasia qt bisa kebuka dunk???
hwehuhe,,,,

Read Users' Comments (0)

the beginning

hay ,,, nama gw Oktafiani Berliansari tapi biasa dipanggil AAN. ttl: ponorogo, 18 oktober 1994. sekarang masih duduk di class X SMAZAM. gw buad blog ini karena gw terinspirasi bgt ma Raditya Dika. ya ,,, cpa tau adja gw bisa ketularand sucses kyk dyy melalui blogger ini. tapi, yang jadi hambatan gw saat ini adalh gw jarang bgt bwd postingan. gw males bgt k warnet (padahal warnetnya deket bgt ma rumah).
'kenapa males???' -ya males adja, males jalan, males buka pintu, males dandan, n yang paling gw malesin adalah males BAYAR. hehehe ,,,
'lah teuz skarang khand juga ngenet' -hahaha ,kagak lakh ,,gw ni ngenet tanpa kluar rmh. ni gw make jasa MODEM. hehehe ,jadi kagak perlu deh kluar rmh.
'tapi khand tetep mbayar????' -eya yang ngebayarind khand bokap, bukan gw. hehehe
y dah deh, cukup segini adja postingan awal gw, ni gw gee mo fb_an dulu yak. untuk postingan selanjutnya, ya ditunggu adja deh ,,!!! (kalo agee mood) hehehe ,, geblek

Read Users' Comments (0)