Salah Pergaulan

hmm,,, dapet tugas bhs.Indonesia suruh buad drama singkad nih...
berikud ini drama dari kelompok kami yang terdiri dari 4 orang.


SALAH PERGAULAN

Tokoh :
-      VERA MEGA F        siswa
-      NIKMATUL            siswa
-      NUR IKA APRILIA KEPSEK
-      OKTAFIANI B       putri KEPSEK

(Jam istirahat, depan ruang tes English Competetion)
        Vera sedang duduk menemani Nikma yang sedang menanti giliran untuk mengikuti tes English Competetion.

Vera           :   “Gimana persiapan kamu buat nanti?”
Nikma         :   “Kalau persiapan sih udah lumayan, tinggal nanti gak tau gimana.”
Vera           : “Berdoa aja biar nanti bisa lancar dan sukses.”
Nikma         : “Iya semoga, makasih yah kamu dah support aku.”
Vera           : “Ya emang seharusnya gitu kan?” (menepuk pundak Nikma.)
        Tiba-tiba Okta putri dari kepala sekolah lewat dan bertegur sapa dengan ramah.

Okta           : “Hay… Kalian sedang nunggu giliran buat tes ya?”
Nikma         : “Iya nih, masih ngantri. Banyak banget pesertanya. aku jadi nerves kelamaan nunggu dari tadi.”
Okta           : “Udah gak perlu nerves gitu. Lagian kamu kan juga punya potensi dan skill yang bagus.

Vera           : “Nah kamu sendiri kenapa gak ikut kompetensi ini? Potensi dan skill kamu kan juga bagus.”
Okta           : “Sebenarnya aku ingin ikut, tapi aku kan anak dari kepsek. Takutnya kalau aku lolos seleksi anak-anak lain pada menganggap kalo ibuku juga ikut campur tangan dalam hal ini.”
 Vera          : “Hmm,,, iya juga sih. Ternyata susah juga ya jadi anak kepsek.”
Okta           : “Ya udah, aku mau ke kelas dulu ya. Bye…!” (Sambil melambaikan tangan.)

Okta pun bergegas meninggalkan mereka berdua. Tak lama kemudian terdengar suara dari speaker yang memanggil nama Nikmatul.

Vera           : “Tuh nama kamu sudah dipanggil.”
Nikma         : “Iya, aduh gimana nih? Aku takut.”
Vera           : “Udah… Cepetan masuk sana…! Pasti kamu bisa kok.”
Nikma         : “Ya udah deh, aku masuk dulu. Doain aku…!”
Vera           : “Iya… Good luck ya sob…!”

        Nikma pun berlalu dan memasuki ruang tersebut dengan keringat dingin. Disaat Nikma memasuki ruangan untuk seleksi, Vera pun berjalan mengelilingi sekolah untuk mencari udara segar. Langkah kaki Vera pun berhenti seketika, matanya terpaku pada pandangan yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Terlihat Okta, putri dari kepsek sedang merokok dan juga memegang beberapa pil dan alat seperti untuk menghisap narkoba di dekat gudang sekolah. 

Dengan sembunyi-sembunyi, Vera mengamati setiap gerak gerik yang dilakukan Okta sembari memotret kejadian itu menggunakan kamera handphone nya. Tak lama kemudian Okta selesai melakukan aktivitasnya tersebut dan beranjak pergi dengan berjalan agak sempoyongan.

Dengan rasa penasaran, Vera menghampiri tempat tersebut dan mengecek sekitarnya. Ternyata dugaan Vera benar, ditemukannya barang-barang yang dipakai oleh Okta tadi yang disembunyikan di semak-semak. Tak lupa Vera pun juga memotret barang itu sebagai bukti.
Tanpa berani menyentuhnya, Vera pun meninggalkan barang-barang tersebut dan kembali ke ruang seleksi untuk menemui Nikma. Ternyata Nikma sudah menunggunya di depan ruang tersebut.

Nikma       : “Aduh Ver… Kamu kemana aja sih? Dari tadi ditungguin kok gag nongol-nongol?”
Vera         : “Sorry banget Nik, tadi aku tinggal jalan-jalan sebentar cari angin. Gimana tes nya tadi? Lancar gak?”
Nikma       : “Alhamdulillah, sesuatu banget. Berkat usaha keras dan doa, semuanya bisa lancar. Tapi untuk hasil lolos atau tidaknya belum diumumin.”
Vera         : “Oh… ya syukur deh. Kita berdoa dan optimis aja supaya kamu bisa lolos seleksi ini.”
Nikma       : “iya, amin.”
Vera         : “Ehm… Nik, ada yang perlu aku bicarakan sama kamu.”
Nikma       : “Ada apa Ver? Yaudah ngomong aja sekarang, tunggu apa lagi?”
Vera         : “Tapi aku gak bisa bicarain hal ini di sini. Mending kita ke perpus aja yuk! Penting nih soalnya.” (sembari menarik tangan Nikma.)
Nikma       : “Ya udah ayuk…!!!”

        Nikma dan Vera pun segera ke perpus. Setibanya di perpus, Vera menceritakan semua kejadian yang telah dilihatnya tadi.

Nikma       : “Apa…??? (terkejut). Okta putri dari kepsek melakukan hal itu??? Gak mungkin akh… Kamu salah lihat kali.”
Vera         : “Enggak Nik, memang bener itu dia. Lihat ini…!!! Aq tadi juga sempat memotretnya. (memperlihatkan hasil foto yang diperolehnya tadi.)
Nikma       : “Ya ampun… ini beneran Okta. Sulit dipercaya…!!!”
Vera         : “Tadinya aku juga gak percaya dengan semua ini. Kamu tahu sendiri kan, Okta sangatlah ramah dan di kelas ia juga termasuk siswa yang berprestasi. Apalagi dia anak dari kepsek. Aku tak bisa membayangkan jika seluruh sekolah mengetahui hal ini.”
Nikma       : “Tapi walau bagaimanapun juga, ini termasuk dalam tindak kriminalitas, dan kita tak bisa tinggal diam seperti ini. Kita tetap harus melaporkan hal ini pada pihak sekolah. Demi kebaikan kita bersama.”
Vera         : “Benar kata mu Nik, tapi kita gak bisa hanya mengandalkan foto ini saja untuk barang bukti. Bagaimana kalau besok kita bersama pihak sekolah menggerebek Okta.”
Nikma       : “Ide bagus tuh…!!!”

        Keesokan harinya, Vera dan Nikma memberanikan diri melaporkan hal tersebut kepada pihak sekolah dan bersama itu pula pihak sekolah juga berhasil menggerebek Okta saat ia menggunakan barang haram tersebut di dekat gudang. Lalu Okta pun dibawa keruang BP.

Kepsek      : “Okta, ibu sungguh tidak menyangka akan hal ini. Dari mana kamu mendapatkan barang haram ini???” (sambil menunjuk barang itu di meja.)
Okta         : “Maafkan saya bu… (tertunduk malu) Saya mendapatkan barang tersebut dari teman lain sekolah. Mereka yang memperkenalkan barang haram itu ke saya sehingga saya terjebak seperti ini.” (menangis)
Kepsek      : “ibu sangat kecewa padamu Okta. Ibu merasa malu dan gagal. Tapi bagaimanapun juga, ibu harus menyerahkan kamu kepada pihak yang berwajib dan terpaksa pula kamu harus drop out dari sekolah ini.” (mencoba tegar)
Okta         : “Baik bu saya terima atas semua keputusan ini. Ini semua memang konsekuensi yang harus saya terima atas sikap saya ini. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi bu.”
Kepsek      : “Syukurlah kalau kamu sudah sadar dan menyesal. Tidak ada kata terlambat buat berubah Okta. Kalau kamu memang benar-benar ingin berubah, niatilah dengan ikhlas dan percayalah Allah maha pengampun.” (sambil memluk Okta)
Okta         : “Iya bu, Okta juga merasa telah mengecewakan ibu termasuk sekolah ini.”

        Setelah beberapa saat kemudian giliran  Vera dan Nikma dipanggil ke ruang kepsek.

Vera         : “Maafkan kami bu, gara-gara kami putri ibu jadi di drop out dari sekolah ini.
Kepsek      : “Kalian tidak perlu meminta maaf. Justru saya bangga dan berterimakasih karena kalian sudah tanggap terhadap masalah ini. Akan lebih malu jika masalah ini diketahui orang lain. Jadikan semua ini sebagai pelajaran untuk kedepannya. Ibu pun kecewa ibu telah gagal sebagai orang tua mendidik anak.
Nikma       : “Iya bu, kami perwakilan dari teman-teman ikut mendoakan semoga Okta segera sembuh dan dapat bersekolah lagi.
Kepsek      : “Terimakasih atas doa kalian.”
Nigma dan Vera         : “Iya bu, sama-sama.”
        Okta telah menjalani pemeriksaan dan rehabilitasi di sebuah rumah sakit. Disaat dia sudah tidak kecanduan narkoba lagi dia pun memulai lembaran baru. Oleh ibunya dia dipindahkan keluar kota untuk memulai sekolah yang baru.

-sekian-

Read Users' Comments (0)